Selasa, 10 November 2009

KADAR FOSFAT, NITRAT DAN SILIKAT KAITANNYA DENGAN KESUBURAN DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR

Marojahan Simanjuntak
abstrak
Pengamatan kadar zat hara, fosfat, nitrat dan silikat di perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur telah dilakukan pada bulan September 2003. Zat hara merupakan sumber bahan makanan bagi mikro-organisme laut dan salah satu indikator kesuburan perairan. Contoh air laut permukaan perairan lepas pantai diambil dari 4 stasiun penelitian dengan menggunakan Roset Sampler dari Kapal Riset Baruna Jaya VII, dan contoh air permukaan dari alur-alur di kawasan delta diambil dengan Botol Nansen dari perahu nelayan. Secara keseluruhan hasil pengamatan kadar fosfat, nitrat dan silikat di Delta Mahakam masing-masing berkisar antara 0,40-8,08 µg A/l dengan rata-rata 1,34 µg A/l; 5,52-7,96 µg A/l dengan rata-rata 6,57 µg A/l dan 27,74-99,80 µg A/l dengan rata-rata 69,64 µg A/l dan di lepas pantai (laut) masing-masing berkisar antara 0,32-0,96 µg A/l dengan rata-rata 0,67 µg A/l; 0,32-1,10 µg A/l dengan rata-rata 0,62 µg A/l dan 2,10-5,81 µg A/l dengan rata-rata 3,73 µg A/l. Kadar zat hara yang lebih tinggi diperoleh di sebelah timur dan selatan daerah penelitian ini terutama yang berdekatan dengan muara sungai. Dalam tulisan ini dikaji tentang kualitas air laut ditinjau dari kadar zat hara fosfat, nitrat dan silikat kaitannya dengan dinamika perairan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur.
abstract
PHOSPHATE, NITRATE AND SILICATE CONCENTRATIONS IN THE RELATION WITH FERTILITY IN DELTA MAHAKAM WATERS, EAST KALIMANTAN - The observation on nutrient content, such as phosphate, nitrate and silicate, in the Delta Mahakam Waters, East Kalimantan was carried out in September 2003. The nutrient is food for marine microorganism and waters fertility indicator. Samples of seawaters from sea surface were taken from 4 stations using Rosette Sampler from the board of Research Vessel Baruna Jaya VII, and surface waters samples from 17 stations in delta distributaries system were taken using Nansen Bottles from the boat. In general the result of observation of phosphate, nitrate and silicate concentrations in the Delta Mahakam were found ranged 0,40-8,08 µg A/l with the mean values 1,34 µg A/l; 5,52-7,96 µg A/l with the mean values 6,57 µg A/l and 27,74-99,80 µg A/l with the mean values 69,64 µg A/l and at the offshore 0,32-0,96 µg A/l with the mean values 0,67 µg A/l; 0,32-1,10 µg A/l with the mean values 0,62 µg A/l and 2,10-5,81 µg A/l with the mean values 3,73 µg A/l respectively. The purpose of the observation was study seawaters quality to be related nutrient content `and effect of waters dynamics in the Delta Mahakam, East Kalimantan.

PENDAHULUAN
Perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur merupakan salah satu perairan yang sangat penting karena dari letak geografisnya terjadi percampuran (mixing) air tawar yang berasal dari Sungai-sungai di Kalimantan Timur diantaranya Sungai Mahakam dan Balikpapan yang memungkinkan daerah tersebut sangat baik untuk kehidupan berbagai biota laut terutama bidang perikanan. Daerah pertemuan air tawar dan air laut pada umumnya subur karena bahan organik dan anorganik banyak mengendap mengakibatkan kadar zat hara di daerah tersebut relatif lebih tinggi (Bennekom et al., 1978). Zat hara fosfat, nitrat dan silikat merupakan salah satu mata rantai makanan yang dibutuhkan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di laut. Plankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan kandungan zat hara. Tinggi rendahnya kelimpahan plankton tergantung kepada kandungan zat hara di perairan tersebut (Nybakken 1982). Dari data yang diperoleh dari Pemerintah Daerah Kalimantan Timur khususnya Dinas Perikanan Propinsi Kalimantan Timur (komunikasi langsung) telah diperoleh informasi tentang pemanfaatan sumber daya laut di perairan tersebut, misalnya bidang sumber daya perikanan merupakan sumber devisa daerah yang utama disamping bidang pertambangan yaitu pasir dan timah maupun sumber daya alam lainnya. Di sepanjang Delta Mahakam yaitu lokasi yang berdekatan dengan muara sungai-sungai dari Kalimantan Timur di temukan kadar zat hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan di sebelah utara yang dipengaruhi massa air Selat Makassar. Dari data kimia zat hara yang diperoleh, mengindikasikan bahwa kualitas air laut perairan Kalimantan Timur ditinjau dari parameter kimia zat hara masih baik untuk kehidupan berbagai biota laut terutama bidang perikanan. Parameter kimia zat hara yang diamati yaitu fosfat, nitrat dan silikat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kandungan zat hara fosfat, nitrat dan silikat, dan kaitannya dengan kesuburan perairan di kawasan Delta Mahakam.
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan bulan September 2003. Contoh air permukaan laut diambil dari 4 stasiun lepas pantai Delta Mahakam dengan menggunakan Roset Sampler dari Kapal Riset Baruna Jaya VII, dan 17 stasiun di alur-alur delta dengan Botol Nansen dari Perahu Nelayan (Gambar 1). Segera setelah pengambilan, sampel-sampel disaring dengan kertas saring merk Millipore (0.45 µm). Kadar fosfat, nitrat dan silikat dianalisis menggunakan Spektrofotometer “Shimadzu” menurut metode Strickland and Parson (1968) masing-masing pada panjang gelombang 885, 543 dan 810 nm dalam satuan µg A/l.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Secara keseluruhan hasil pengamatan kadar fosfat, nitrat dan silikat di Delta Mahakam masing-masing berkisar antara 0,40-8,08 µg A/l dengan rata-rata 1,34 µg A/l ; 5,52-7,96 µg A/l dengan rata-rata 6,57 µg A/l dan 27,74-99,80 µg A/l dengan rata-rata 69,64 µg A/l dan di lepas pantai (laut) masing-masing berkisar antara 0,32-0,96 µg A/l dengan rata-rata 0,67 µg A/l ; 0,32-1,10 µg A/l dengan rata-rata 0,62 µg A/l dan 2,10-5,81 µg A/l dengan rata-rata 3,73 µg A/l.

FosfatKadar fosfat di lapisan permukaan di perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur berkisar antara 0,40-8,08 µg A/l dengan rata-rata 1,34 µg A/l. Variasi kadar fosfat pada lapisan permukaan terlihat meragam di semua stasiun penelitian, namun secara keseluruhan kadar fosfat di perairan ini masih normal untuk wilayah tropis. Kadar fosfat di lapisan permukaan yang terendah (0,40 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 15 dan kadar fosfat yang tertinggi (8,08 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 12. Kadar fosfat di lepas pantai (laut) berkisar antara 0,32-0,96 µg A/l dengan rata-rata 0,67 µg A/l. Kadar fosfat di lepas pantai (laut) yang terendah (0,32 µg A/l) diperoleh pada Stasiun A dan kadar fosfat yang tertinggi (0,96 µg A/l) diperoleh pada Stasiun B (Tabel 1). Dari pola sebaran terlihat kadar fosfat yang rendah pada lapisan permukaan di lepas pantai (laut) Kalimantan Timur dan yang tertinggi diperoleh di dekat pantai dan delta Mahakam (Gambar 2). Rendahnya kadar fosfat di lapisan permukaan di lepas pantai (laut) pada Stasiun A (0,32 ml/l) dipengaruhi percampuran massa air laut yang masuk dari lepas pantai dengan kadar fosfat yang lebih rendah dengan kadar fosfat yang berada di muara Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Sedangkan tingginya kadar fosfat di lokasi dekat dan lepas pantai kemungkinan disebabkan arus dan pengadukan (turbulence) massa air yang mengakibatkan terangkatnya kandungan fosfat yang tinggi dari dasar ke lapisan permukaan.

Ditinjau dari kadar zat hara fosfat di perairan ini, dapat dikatakan bahwa perairan ini relatif subur karena masih berada pada kisaran zat hara fosfat di perairan laut yang normal yaitu 0,10–1,68 µg A/l (Sutamihardja, 1978). Menurut Joshimura (dalam Liaw, 1969) tingkat kesuburan perairan dapat ditinjau dari kadar fosfat dalam suatu perairan dengan kisaran 0,07–1,61 µg A/l adalah kategori perairan cukup subur, sedangkan pada beberapa perairan seperti di perairan Teluk Penghu dan Selat Taiwan, merupakan daerah budidaya (oyster) dengan kadar fosfat yang berkisar antara 0,08–1,20 µg A/l (Liu. K. K & Fang, L. S, 1986), sehingga bila ditinjau dari kadar fosfat yang merupakan salah satu indikator kesuburan, maka perairan Teluk Klabat masih baik untuk peruntukan budidaya perikanan. Kadar fosfat yang baik untuk budidaya kerang hijau dan kerang bulu berkisar antara 0,5–1,0 µg A/l. Untuk budidaya tiram berkisar antara 0,5–3,0 µg A/l sedangkan untuk budidaya beronang, kakap dan kerapu berkisar antara 0,2–0,5 µg A/l (Baku Mutu Air Laut Departemen Pertanian dalam KLH, 1984).

NitratKadar nitrat di lapisan permukaan di perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur berkisar antara 5,52-7,96 µg A/l dengan rata-rata 6,57 µg A/l. Variasi kadar nitrat pada lapisan permukaan terlihat meragam di semua stasiun penelitian, namun secara keseluruhan kadar nitrat di perairan ini masih normal untuk wilayah tropis. Kadar nitrat di lapisan permukaan yang terendah (5,52 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 15 dan kadar nitrat yang tertinggi (7,96 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 16. Kadar nitrat di lepas pantai (laut) berkisar antara 0,32-1,10 µg A/l dengan rata-rata 0,62 µg A/l. Kadar nitrat di lepas pantai (laut) yang terendah (0,32 µg A/l) diperoleh pada Stasiun C dan kadar nitrat yang tertinggi (1,10 µg A/l) diperoleh pada Stasiun D (Tabel 1). Dari pola sebaran menunjukkan kadar nitrat yang rendah (0,32 ml/l) pada lapisan permukaan di lepas pantai (laut), Kalimantan Timur dan yang tertinggi (7,96 ml/l) diperoleh di dekat pantai dan delta Mahakam. Rendahnya kadar nitrat di lapisan permukaan pada Stasiun C yang terletak di lepas pantai mengindikasikan massa air laut tersebut mengandung kadar fosfat yang rendah yang berasal dari massa air laut Selat Makassar. Sedangkan kadar nitrat yang tinggi di delta Mahakam diperoleh di Stasiun 16 yaitu di Muara Kaek yang merupakan daerah akumulasi limbah organik dari daratan.

Liu & Fang 1986, menyatakan perairan Teluk Penghu dan Selat Taiwan, merupakan daerah budidaya (oyster) dengan kadar nitrat berkisar antara dan 0,08–1,80 µg A/l, sehingga bila ditinjau dari kadar nitrat yang merupakan salah satu indikator kesuburan, maka perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur masih baik untuk peruntukan budidaya perikanan. Kadar nitrat yang baik untuk budidaya kerang hijau dan kerang bulu berkisar antara 2,5–3,0 µg A/l. Untuk budidaya tiram berkisar antara 1,5–3,0 µg A/l sedangkan untuk budidaya beronang, kakap dan kerapu berkisar antara 0,9–3,2 µg A/l (Baku Mutu Air Laut Departemen Pertanian dalam KLH, 1984). Namun dari data yang diperoleh, ternyata hanya kadar fosfat yang cocok untuk budidaya tiram sedangkan kadar nitrat tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Baku Mutu tersebut. Hal ini mungkin disebabkan kadar nitrat sangat dipengaruhi kondisi perairan dan bervariasi dalam dimensi ruang dan waktu, namun telah diperoleh kondisi luwes untuk kadar fosfat dan nitrat dalam suatu peruntukan budidaya perikanan dalam suatu perairan (KMN-LH, 1988).
Silikat

Kadar silikat di lapisan permukaan di perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur berkisar antara 27,74-99,80 µg A/l dengan rata-rata 69,64 µg A/l. Variasi kadar silikat pada lapisan permukaan terlihat meragam di semua stasiun penelitian, namun secara keseluruhan kadar silikat di perairan ini masih normal untuk wilayah tropis (Tabel 1). Kadar silikat di lapisan permukaan yang terendah (27,74 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 12 dan kadar silikat yang tertinggi (99,80 µg A/l) diperoleh pada Stasiun 13. Kadar silikat di lepas pantai (laut) berkisar antara 9,12-13,39 µg A/l dengan rata-rata 10,51 µg A/l. Kadar silikat di lepas pantai (laut) yang terendah (2,10 µg A/l) diperoleh pada Stasiun C dan kadar silikat yang tertinggi (5,81 µg A/l) diperoleh pada Stasiun A (Tabel 1). Dari pola sebaran terlihat kadar silikat yang rendah (2,10 µg A/l) pada lapisan permukaan di lepas pantai (laut) dan yang tinggi (99,80 µg A/l) pada Stasiun 13 di lokasi tengah Delta Mahakam, Kalimantan Timur (Gambar 4). Rendahnya kadar silikat di lapisan permukaan pada Stasiun C massa air laut tersebut mengandung kadar silikat yang rendah yang berasal dari massa air Selat Makassar. Sedangkan tingginya kadar silikat di lokasi tengah Delta Mahakam, Kalimantan Timur kemungkinan disebabkan pengaruh daratan yang lebih dominan menyumbang kandungan silikat ke perairan ini.
Kadar zat hara fosfat, nitrat dan silikat di perairan ini lebih besar bila dibandingkan dengan perairan Kuta-Lombok Selatan dengan kisaran 0,42-1,11 dan 0,11-0,39 µg A/l (Muchtar, 1994). Perbedaan ini disebabkan karena perairan Kuta-Lombok Selatan tidak dipengaruhi oleh sungai-sungai yang banyak membawa zat hara ke perairan tersebut. Namun kadar zat hara di perairan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan perairan Teluk Jakarta masing-masing dengan kisaran 0,20-0,90 dan 0,02-2,68 µg A/l (Ilahude dan Lia Saputra, 1980) dan di perairan Cilacap dengan kisaran 0,08-4,82 dan 0,08-5,66 µg A/l (Winata & Muchtar, 1984). Kondisi ini mungkin disebabkan banyaknya limbah organik yang dibuang ke Teluk Jakarta dan serasah mangrove yang diuraikan oleh bakteri menjadi zat hara.

KESIMPULAN
1. Sungai-sungai di Delta Mahakam, Kalimantan Timur sangat berperan dalam penyaluran zat-zat an-organik fosfat, nitrat dan silikat ke perairan Kalimantan Timur sehingga merupakan salah satu perairan yang subur di daerah tropis ditinjau dari kandungan zat hara fosfat, nitrat dan silikat.
2. Kualitas perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur ditinjau dari kandungan zat hara fosfat, nitrat dan silikat masih baik untuk peruntukan budidaya biota laut.
3. Pengaruh daratan terhadap kandungan zat hara fosfat, nitrat dan silikat di perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur lebih dominan dibandingkan dengan massa air Selat Makassar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada Nakhoda dan ABK KR. Baruna Jaya VII dan kepada Bapak Dr. Asikin Djamali APU, dan Drs. Pramudji M. Sc atas bantuan dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis dalam mempersiapkan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Anonimus 1985. Laporan Tahunan Sub Proyek Penelitian Sifat-sifat Oseanologi Laut Dangkal Puslitbang Oseanologi, Jakarta. Periode 1985-1986: 138-154.
Baku Mutu Air Laut, 1988. Keputusan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep 02/MENKLH/ I / 1988. Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan: 57 hal.
Bennekom, A. J. van 1988. Deep-water transit times in the eastern Indonesian basins, calculated from dissolved silica in deep and interstitial waters, Neth. J. Sea Res. 22 :341-354.
Ilahude, A. G dan S. Lia Saputra 1980. Sebaran normal parameter hidrologi di Teluk Jakarta. Dalam : "Teluk Jakarta, pengkajian fisika, kimia, biologi dan geologi tahun 1975 - 1979". (A. Nontji dan A. Djamali, eds). Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI : 59-67.
KLH, 1984. Bahan Penyusunan RPP Baku Mutu Air Laut untuk Mandi, Renang, Biota Laut dan Budidaya Biota Laut. Lokakarya Baku Mutu Air Lingkungan Laut, Bogor, 23 – 25 Februari.
Liaw, W. K, 1969. Chemical and Biological Studies of fish Pond and Reservoir in Taiwan. Chinese America Joint Comission on Rural. Recontruction Fish, Series 7: 1-43
Liu Kon- Kee and Lee-Shing Fang, 1986. Nutrient Cycling in the Penghu Bay: A Study on Nutrient regeneration in sediments in an oyster farm. A eanographica Taiwanica. 17: 45-60.
Muchtar, M 1994. Struktur komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan Lombok dan kondisi lingkungannya. Proyek Pengembangan Kelautan MREP 1993-1994, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta : 1-14.
Nybakken, J. W 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Alih bahasa oleh M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukarjo. Gramedia Jakarta : 459 hal.
Strickland, J. D. H and T. R. Parsons 1968. A Practical handbook of seawater analysis. Fish. Res. Board. Canada, Bull. 167 : 1 – 311.
Sutamihardja, R. T. M, 1978. Kualitas dan Pencemaran Lingkungan Sekolah. Pasca Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB : 41 hal.
Winata, I dan M. Muchtar 1984. Zat hara fosfat, nitrat dan nitrit di perairan hutan mangrove Cilacap. Prosiding Seminar II Ekosistem Mangrove, LIPI : 308-312.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar